Bolaang Mongondow Timur – Atoga River View (ARV), sebuah destinasi wisata outbound yang pernah menjadi kebanggaan masyarakat Bolaang Mongondow Timur (Boltim), kini tinggal kenangan pahit. Tempat wisata yang dahulu dikelola oleh BUMDes Pelangi Atoga Timur dan bahkan meraih penghargaan dari Kementerian Desa, kini berubah menjadi lahan terbengkalai yang penuh semak belukar.
Lebih ironis lagi, meskipun kondisi tempat wisata ini sangat memprihatinkan, Pemerintah Desa Atoga Timur disebut-sebut masih terus mengalokasikan anggaran untuk pemeliharaan dalam beberapa tahun terakhir. Sayangnya, hasil dari pengucuran dana tersebut tidak terlihat nyata di lapangan, memicu berbagai tanda tanya warga.
Seorang warga yang enggan disebutkan namanya dengan tegas mempertanyakan transparansi penggunaan anggaran tersebut.
“Setahu kami tiap tahun ada anggaran disisipkan untuk pemeliharaan. Wisata itu kan aset desa, jadi ada anggaran pemeliharaannya. Tapi, sekarang sudah menjadi hutan. Cuma pernah mereka melakukan pembersihan, tapi itu dua tahun lalu,” ujarnya kepada wartawan, Jumat (24/1/2025).
Kritik serupa juga disampaikan oleh warga lainnya. Mereka meragukan apakah benar ada pemeliharaan yang dilakukan oleh pemerintah desa.

“Tapi coba pergi lihat langsung kalau ada pemeliharaannya itu. Kalau bukan malah sudah hutan lebat itu,” tegas salah satu warga.
Terpisah, Kepala Desa Atoga Timur, Djohar Redjeb, pun mengakui adanya alokasi anggaran untuk pemeliharaan ARV. Namun, saat diminta untuk memaparkan detail anggaran tersebut, Djohar justru mengelak dan tidak memberikan angka pasti.
“Pemeliharaan ada. Kalau besarannya, tunggu, saya, pak tahu tugas saya di sana (Sekretariat DPRD Boltim) juga, makanya secara utuh berbicara angka saya tidak hafal,” katanya tanpa menjelaskan lebih lanjut.
Djohar mengklaim bahwa pihaknya telah melakukan pemeliharaan dan rehabilitasi beberapa fasilitas di kawasan wisata tersebut. Salah satu langkah yang disebutnya adalah perbaikan jembatan yang menghubungkan wahana wisata.
“Kami berangkat dari 2023 awal saya menjabat. Saat itu ada program pokdarwis, kelompok sadar wisata dari pemerintah kabupaten. Nah Atoga Timur masuk dalam SK Bupati terkait desa wisata,” ujarnya.

Selain itu, ia menambahkan bahwa pada tahun 2024, pihak desa telah melanjutkan rehabilitasi dengan memfokuskan pembangunan gedung pertemuan di kawasan wisata. Djohar berdalih bahwa pembangunan ini dilakukan untuk mencegah aset desa diambil alih oleh pemerintah kabupaten.
“Saat staf khusus bupati survei, mereka khawatir kalau pembangunan yang sudah ada tidak dirawat, maka pemerintah kabupaten akan mengambil alih aset desa itu. Jadi kami berusaha supaya tetap dikelola desa,” jelasnya.
Namun, fakta di lapangan jauh berbeda dari klaim Kepala Desa. Wartawan yang meninjau lokasi menemukan ARV dalam kondisi penuh semak belukar, tanpa ada tanda-tanda pemeliharaan yang signifikan. Bekas kejayaan destinasi wisata ini kini hanya menjadi cerita masa lalu yang suram.
(Dp)